Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ Corp yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, menyatakan harapannya bahwa kolaborasi ini akan membantu mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pertemuan tersebut berlangsung di Menara 165, Jakarta, pada Kamis, 10 April 2025.
Kerjasama ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara dunia pendidikan dan kewirausahaan, yang rencananya akan diresmikan melalui perjanjian kerjasama.
Sekretaris Jenderal OK OCE, Sahmullah Rivqi, menekankan betapa pentingnya jaringan dan kolaborasi antar lembaga dalam memperkuat pendampingan kewirausahaan. Menurutnya, ekosistem wirausaha tidak dapat berjalan sendiri, dan jaringan seperti OK OCE dapat menjadi sumber daya tambahan ketika proses pendampingan internal mulai berkurang.
Sahmullah juga menjelaskan bahwa OK OCE saat ini berada dalam fase pertumbuhan kedua (2024–2030) yang fokus pada peningkatan pendapatan sebagai landasan untuk memberikan dampak sosial yang lebih besar. Sebelumnya, pada fase awal, OK OCE masih dalam tahap perkembangan awal.
Saat ini, OK OCE tengah mengembangkan OK OCE Hub, sebuah ruang kerja bersama berbasis komunitas yang bertujuan mendukung para pengusaha. Dari target 700.000 peserta, 400.000 di antaranya telah berhasil menjadi pelaku usaha.
Sulistyo, Direktur Kerjasama Program OK OCE, mengungkapkan bahwa organisasi ini memiliki 80 trainer dan mentor yang berasal dari 21 angkatan Program ToT Mentor (masing-masing 15 orang) serta 37 Master Mentor yang mendampingi ketua penggerak. OK OCE juga mengembangkan modul pelatihan sendiri untuk menjaga kualitas standarisasi.
Sementara itu, Rinaldi, Direktur Inovasi ESQ Corp, menawarkan berbagai bentuk kerjasama melalui program-program unggulan yang dimiliki, termasuk sertifikasi coach dan TalentDNA, yaitu program pemetaan potensi individu berdasarkan keunikan mereka.
Rinaldi juga menyampaikan bahwa ESQ Corp memiliki 37 unit bisnis dan siap membantu perencanaan strategis OK OCE. Lebih lanjut, ia menyoroti isu krusial dalam dunia usaha di Indonesia, yaitu rendahnya tingkat keberlanjutan bisnis keluarga.
Menurutnya, 95% usaha di Indonesia adalah bisnis keluarga, namun seringkali generasi kedua tidak tertarik untuk melanjutkan, dan situasinya semakin sulit di generasi ketiga. Oleh karena itu, diperlukan solusi dari sisi pendidikan karakter dan penempatan bakat yang tepat. TalentDNA diyakini dapat menjadi alat yang efektif untuk mengidentifikasi potensi wirausaha muda dan mencocokkannya dengan model usaha yang paling sesuai.